Home » , , , , , , , , , , » Apocalypse Heart

Apocalypse Heart

Written By Unknown on Kamis, 28 April 2016 | 12.46



Ku ingin menatap mata itu lebih lama, mengukir setiap garis wajah itu dalam sekepal prosa, membaitkan frasa teduh di alas talam suam tempat kita bersimpuh, dan mengintimidasi prasangka seiring berpautnya tatap kita di jarak sejengkal tangan...

Ku ingin menggurat sketsa lama dengan pensil tua, kepada lekuk denyut nadi yang tersingkap, mengaitkan arsiran kisah warna buram bermandi sedikit cahaya, dan mengakhirinya dengan cinta dan bangga.

Sungguh teduh, wajah itu di balik sketsa lensa bersayap dua. Seperti menegaskan diksi keagungan meski tanpa pijar dimensi warna-warni. Maafkan bila terlalu mengagumi. Tapi sungguh, tak ada alasan yang terjadi secara tiba-tiba. Bahkan untuk meragukannya pun niscaya tak mungkin. Sebab, kenyataannya memang demikian, meski harapan seringkali 'mendustainya'.

Bila malam tiba, ku resap indahmu dari balik tatap mata itu. Kau terbangkan layangku dalam barisan pilar-pilar simposium metafisis yang tergurat di lintasan nalar, mengancam rasa bila tak menurutinya, dan lalu menyisakan lenguh panjang atas cara yang paling lazim dinisbatkan. Dan hanya karena itu pula, segalanya terlihat mungkin olehku meski ejekan kemustahilan didengungkan para penonton di luar sana.

Tatapmu menyelamatkan aku dari kisah tragis yang sebenarnya baru mulai ku ciptakan. Ya... Pesonamu bagai cahaya yang menerangi. Menerangi gelapnya ketakutan untuk bangkit dalam keberanian. Keberanian untuk menyisakan sedikit waktu berada di sisimu, menatapmu dalam cinta tulus tanpa kata, tanpa mimpi, tanpa pembelaan diri. Hanya itu yang bisa ku lakukan meskipun kau tahu, ada banyak hal yang tersimpan di dalam sini untuk ku persembahkan padamu.

Benar bahwa, gejolak rasa dan logika seringkali membanting pintu tanpa alasan di raga dan jiwa ini. Bukan karena egoisme antroposentris yang menakar kuat, tapi karena hadirmu menamatkan segala skenario yang tersusun per episode menurut jam tayangnya. Sayang sekali, potretmu terlalu benar untuk membuatku berpaling, menampik kesejatian yang terpancar sungguh, bahwasanya ekpresi yang kau miliki menyembunyikan harta sekaligus dosa yang sangat masuk akal bagiku dan manusiaku...

Malam seakan memata-mataiku, menjaga kesadaranku agar dua jam kemudian dari sekarang, tatapmu itu bisa ku lumat habis dalam lelap, menghabiskan segalanya yang tersisa, menelanjangi kemanusiaanku dalam esensi yang sesungguhnya berbeda dari penampakkan riilku. Ya... Harusnya aku semakin berani menggantikannya, termasuk kehendak karena kebutuhanku, dan bukan karena hasratku, termasuk untuk segala yang tertorehkan dan yang belum terjamah. Dan hanya karena alasan itu saja, ku harus kembali kepada oposisi yang telah lama ku tanggalkan di balik labirin berlamping usang... 


#sibonsai
#apocalypse_heart

0 komentar:

Posting Komentar