Satu
goresan menghiasi, kenangan lama 20 tahun silam. Antara cinta dan
panggilan engkau meratapi, lukisan takdir nasib cinta yang telah
terjalin. "Oh mengapa ini terjadi dalam kesetiaanku tuk menerima
cinta?", katamu sembari terisak. 20 tahun silam engkau meneguk
kebahagiaan cinta, yang dengan tulus kau persembahkan padaku.
Antara
senyuman dan air mata cinta, kau bercerita padaku tentang indahnya arus
sungai Rajutan, kala musim semi tiba. Kau kisahkan padaku tentang
mekarnya Pinus Merah di ufuk barat ujung jalan tua, pertanda musim panen
telah tiba. 20 tahun silam ku duduk denganmu, dan 20 tahun silam itu,
kau menangis di pangkuanku. Banyak peristiwa tertuturkan, dan tak
sedikit kisah yang terberi, walau pada akhirnya, panggilan ini bagaikan
sembilumu....
Dalam kepedihan kau berkata "Jika ku boleh memilih, maku aku akan memilih tuk menunggumu di tempat tujuanmu saja, karena ku yakin, kebahagiaan di sana bukan kebahagiaan yang terbelenggu. Ku relakan kepergianmu karena pilihanmu, aku berharap bawalah harapan kita berdua, dan yakinkan aku nanti jika harapan itu bukan hanya sekedar pilihan saja".
20 tahun ku tutup kisah kita dengan manis di penghujung bulan februari... 20 tahun silam ku akhiri kisah kita karena pilihanku,. yang mungkin bukan pilihanmu....20 tahun silam ku hentikan rindu, dan ku tutup hasrat tuk mencintaimu... Di sana... di tepi Sungai Rajutan kau membuktikan cintamu yang terbelenggu pilihanku...dan di sana... di tepi Sungai Rajutan itu, kau duduk tersedu dalam belaian kesedihan karena cinta dan pilihanku....
0 komentar:
Posting Komentar