Aku masih di sini, melarutkan raga dalam
jiwa, ataupun mengekstraksi keduanya…Sekilas dan mumpung saja masih bisa
ku cium dilema itu. Dilema yang sama, yang tertera, lembar demi lembar
di gundukan ‘papirus’ kenangan-sejarah. Barangkali dilema itu antara
getar dan gemetar…
Apa ini konsekuensi dari terlalu kritis? Ataukah hanya permainan nalar saja, yang kerapkali terasa nyaman bila harus berputar ke kiri dan ke kanan… ??? Atau, apakah ini goresan skeptis yang seringkali menghajar perilaku untuk bernostalgia ala gotik???
Owhh…Barangkali situasi cuma kepulan asap sebatang rokok yang bersatu dengan romantis dalam gerakan udara. Toh…akhirnya hilang ditelan angin, 30 menit kemudian.
Meski begitu, aku masih terlalu tangguh untuk ditundukkan rasa. Kadang juga masih sombong untuk mengakui rapuh. Pasalnya, logika ini masih bisa merasionalisasi fenomena yang seringkali datangnya selalu ke arah kiri dan bukan ke kanan..
Biarlah…untuk ke sekian kalinya…
Aku yang lelah, ketika engkau berjalan…
Aku yang bermimpi, ketika engkau tertidur…
dan Aku yang tersengal-sengal, ketika engkau berlari…
Di Penghujung Malam
Aku dan Goresan Imajinasiku
“Malam Bae”
0 komentar:
Posting Komentar