Tawa lepas jejaka itu, menggulung pergi nyanyian debu jalanan....menghempas keheningan mereka dalam larutan tarian kelabunya....
Pekik dentuman soneta mesin...barengi kidung tentatif balada jiwa arif....
gejolak prahara membentang....riuh rendah tepukan zaman itu...
Membisik seruan pada langkah jiwa penuh debu...dan peluh letih...
Gelak tawa jiwa itu mengejek debu...dalam himpitan tangan-tangan putera dunia....
Peluk jemari kian erat tertancap...bisikkan absolut kelabu yang tak pernah hilang itu...
Badai pun mengangguk setuju, berdendang dalam melodi mozart tanpa nda pesta pora debu itu...
Sang jejaka terusik, mencoba kian mengusik keheningan....dan...kosmos pun diam dalam esensi...
Himpitan usik jiwa jejaka diejek dalam melodi tua, ibarat falsifikasi berhadapan dengan sang juri klarifikasi...
"Kami pun bisa memberi arti pada peluhmu...Mengapa kau terusik? Bagaimana jika kami mengadu pada Ibu Pertiwi kami???"
Jiwa jejaka tak peduli!!! Nalarnya kian hebat hasil aktual transendental!!!
Mengusik pergi paradoksal, menantang fatamorgana dengan kamuflase...
Kosmos pun tersenyum geli, terpingkal-pingkal dalam kebisuan....
Ahh...jiwa jejaka itu, "percuma nian" bisiknya!!!
Giginya menggertak, amarahnya memuncak! Diambilnya seember air, dihujamkannya....sekali....dan sekali lagi...
Riuh pun berdiam...lemah gemulai dan berhenti di penghujung waktu dan saat....
Sesungging senyum merekah...barengi kepulan peluh dan abu yang mendesah....
Jiwa
itu masih berdiri, menanti pesona pesta pora debu jalanan...jika
dinasti baru mereka bangkit lagi...Waktu berlalu saat
menghadirkan...Kidung pun terdengar lagi...tuk mengejek jiwa yang tak
pernah lelah itu...dalam pekikan memekakkan mereka berseru
"Kami
tetap ada dan akan selalu ada...Lihatlah...di kakimu pun kami
bernaung!!!...Kami takkan hilang dan kami pun hadir dalam
kehilanganmu...Kau akan menjadi bagian dari kami!!! Ingatlah...TULANG
BELULANGMU itu berasal dari kami !!!!
Jejaka
terdiam dalam keheningan...menyadari kebodohannya dengan kebijaksanaan
seember air...Jiwa itu akhirnya membungkuk mencoba memeluk jejak
phantasma "SOPHIA" debu jalanan kelabu itu.....
0 komentar:
Posting Komentar