Home » , , , , , » Belenggu Sang Pujangga Itu

Belenggu Sang Pujangga Itu

Written By Unknown on Selasa, 05 November 2013 | 06.39

 
Kenangan tidak lebih daripada ingatan, dan kebahagiaan serta kesedihan tidak lebih dari peristiwa. Waktu menentukan, saat menghadirkan. Kesenjangan tidak lebih daripada kurangnya keseriusan, dan keberhasilan tidak lebih daripada tercapainya tujuan. Dalam peristiwa ada makna, dan dalam makna ada kepuasan. Dapatkah keberhasilan menghebuskan nafas pada kegagalan??? Atau dapatkah kenangan memberikan arti pada ingatan???
 
Antara subyektifitas dan obyektifitas tidak lebih daripada penilaian. Akhirnya keduanya akan bertemu secara nyata dalam hasil. Di sana ada pertimbangan dan di sana ada keputusan. Manusia dan 'manusia menjadi penentu pluralitas peristiwa. Kehidupan dan kematian hasil akhir dari pluralitas itu. Banyak cendekiawan yang lahir dari pluralitas itu, namun akhirnya termakan oleh pluralitas itu sendiri. Peristiwa menggores kehidupan dan kematian, seakan-akan ketidakberdayaan menjadi ciri khasnya. Kebaikan ditentukan oleh waktu dan saat, begitu pula dengan kejahatan.Inikah fakta indah realitas???

Sahabatku....Banyak yang ingin kukisahkan tentang peristiwa dan tentang pengalaman. Pada saat..... Pada waktu..... Sejak..... Sewaktu.... Akan ku kisahkan bagimu. Ada cinta.... benci.... angkara murka... kerakusan.... dendam.... dan pembalasan.... Semua itu menjelma menjadi nyata dalam pusaran badai yang tak dapat dihentikan meski kau kehendaki...
Ada potret orang tua reot yang terpaksa mengetuk walau malu mengetuk. Ada remaja yang berjalan menengadahkan kepala ke arah langit, seakan mengabarkan bahwa mereka adalah generasi penerus dan perenguk bangsa, tonggak kemajuan dan latar belakang kemerosotan. Para wanita menari dan melenggang seakan mengabarkan kepada alam, bahwa merekalah anggur yang memabukkan lelaki dan racun perenggut sukma yang sangat mujarab....

Percuma ku katakan padamu Don Juan Sang filsuf darah Arcadian.... Sia-sia ku katakan padamu Alexander Agung. Tak ada artinya ku nyanyikan bagima Shih Huang Thi dan tak ada yang perlu ku tonjolkan bagimu Nero. Takkan ku lawan engkau Napoleon Sang Penakluk dari tanah Galia, dan takkan ku halangi engkau wahai Voltaire. Takkan ku minta engkau wahai Michaelangelo tuk buatkan padaku patung dari batu pualam dan permata. Yang ku minta hanya satu penghargaan terhadap setiap jejak kemanusiaan yang dimiliki manusia-manusia lain.

Ketahuilah bahwa kejayaan dan keagunganmu tidak mampu menjelaskan Awal ber-Awal dan Akhir Ter-akhir. Engkau tak mampu mengungkapkan Arti Terakhir dan Maksud Terakhir. Kemenangan dan kejayaan kalian terpuruk pada distorsi moral. Kalian sendiri takut ketika kematian menjemput. Sungguh Pengecut!!!!! Renungkanlah dan nikmatilah apa yang ada di hadapanmu wahai kaum pandai nian. Cicipilah sepuasnya kepintaranmu yang dibalut megahnya kostum malaikat pencabut nyawa dambaan anak-anak kecil saat Hallowen tiba... Menarilah dan bernyanyilah wahai kaum aristokrat, politikrat, dan birokrat walau jiwa-jiwa ini merengek, menggeliat dan akhirnya menutup mata dalam damainya perkabungan....
 
Puaskanlah dirimu sepuasnya sebelum ajal menjemputmu!!! Bila engkau mati, ada kepastian bahwa engkau akan dikenang tapi sebenarnya engkau tidak layak untuk dikenang. Nisanmu akan dihiasi dengan berjuta-juta kembang dan ungkapan bela sungkawa tapi sebenarnya ada cercaan, makian dan hujatan berjalan berdampingan di sisinya. Kehebatanmu akan Terkubur bersama WAKTU.....
 
Kekuatanmu akan Lenyap bersama WAKTU....Kebahagiaanmu akan Hilang ditelan WAKTU....Tinggal menunggu SAAT yang adalah WAKTU- nya.....

0 komentar:

Posting Komentar