Kenangan
tidak lebih daripada ingatan, dan kebahagiaan serta kesedihan tidak
lebih dari peristiwa. Waktu menentukan, saat menghadirkan. Kesenjangan
tidak lebih daripada kurangnya keseriusan, dan keberhasilan tidak lebih
daripada tercapainya tujuan. Dalam peristiwa ada makna, dan dalam
makna ada kepuasan. Dapatkah keberhasilan menghebuskan nafas pada
kegagalan??? Atau dapatkah kenangan memberikan arti pada ingatan???
Antara
subyektifitas dan obyektifitas tidak lebih daripada penilaian.
Akhirnya keduanya akan bertemu secara nyata dalam hasil. Di sana ada
pertimbangan dan di sana ada keputusan. Manusia dan 'manusia menjadi
penentu pluralitas peristiwa. Kehidupan dan kematian hasil akhir dari
pluralitas itu. Banyak cendekiawan yang lahir dari pluralitas itu, namun
akhirnya termakan oleh pluralitas itu sendiri. Peristiwa menggores
kehidupan dan kematian, seakan-akan ketidakberdayaan menjadi ciri
khasnya. Kebaikan ditentukan oleh waktu dan saat, begitu pula dengan
kejahatan.Inikah fakta indah realitas???
Sahabatku....Banyak
yang ingin kukisahkan tentang peristiwa dan tentang pengalaman. Pada
saat..... Pada waktu..... Sejak..... Sewaktu.... Akan ku kisahkan
bagimu. Ada cinta.... benci.... angkara murka... kerakusan....
dendam.... dan pembalasan.... Semua itu menjelma menjadi nyata dalam
pusaran badai yang tak dapat dihentikan meski kau kehendaki...
Ada
potret orang tua reot yang terpaksa mengetuk walau malu mengetuk. Ada
remaja yang berjalan menengadahkan kepala ke arah langit, seakan
mengabarkan bahwa mereka adalah generasi penerus dan perenguk bangsa,
tonggak kemajuan dan latar belakang kemerosotan. Para wanita menari dan
melenggang seakan mengabarkan kepada alam, bahwa merekalah anggur yang
memabukkan lelaki dan racun perenggut sukma yang sangat mujarab....
Percuma
ku katakan padamu Don Juan Sang filsuf darah Arcadian.... Sia-sia ku
katakan padamu Alexander Agung. Tak ada artinya ku nyanyikan bagima
Shih Huang Thi dan tak ada yang perlu ku tonjolkan bagimu Nero. Takkan
ku lawan engkau Napoleon Sang Penakluk dari tanah Galia, dan takkan ku
halangi engkau wahai Voltaire. Takkan ku minta engkau wahai
Michaelangelo tuk buatkan padaku patung dari batu pualam dan permata.
Yang ku minta hanya satu penghargaan terhadap setiap jejak kemanusiaan
yang dimiliki manusia-manusia lain.
Ketahuilah
bahwa kejayaan dan keagunganmu tidak mampu menjelaskan Awal ber-Awal
dan Akhir Ter-akhir. Engkau tak mampu mengungkapkan Arti Terakhir dan
Maksud Terakhir. Kemenangan dan kejayaan kalian terpuruk pada distorsi
moral. Kalian sendiri takut ketika kematian menjemput. Sungguh
Pengecut!!!!! Renungkanlah dan nikmatilah apa yang ada di hadapanmu
wahai kaum pandai nian. Cicipilah sepuasnya kepintaranmu yang dibalut
megahnya kostum malaikat pencabut nyawa dambaan anak-anak kecil saat
Hallowen tiba... Menarilah dan bernyanyilah wahai kaum aristokrat,
politikrat, dan birokrat walau jiwa-jiwa ini merengek, menggeliat dan
akhirnya menutup mata dalam damainya perkabungan....
Puaskanlah dirimu
sepuasnya sebelum ajal menjemputmu!!! Bila engkau mati, ada kepastian
bahwa engkau akan dikenang tapi sebenarnya engkau tidak layak untuk
dikenang. Nisanmu akan dihiasi dengan berjuta-juta kembang dan ungkapan
bela sungkawa tapi sebenarnya ada cercaan, makian dan hujatan berjalan
berdampingan di sisinya. Kehebatanmu akan Terkubur bersama WAKTU.....
0 komentar:
Posting Komentar